Lonjakan harga minyak global baru-baru ini sebesar lebih dari 2% pada hari Senin didorong oleh antisipasi peningkatan permintaan bahan bakar selama musim panas. Para analis memperkirakan bahwa peningkatan permintaan ini akan menyebabkan kekurangan pasokan dalam beberapa minggu mendatang, sehingga mendorong harga minyak lebih tinggi. Analis Goldman Sachs memperkirakan bahwa harga acuan minyak mentah Brent dapat mencapai $86 per barel pada kuartal ketiga tahun 2024 karena transportasi musim panas dan berkurangnya permintaan, menyebabkan pasar mengalami defisit pasokan yang signifikan sekitar 1.3 juta barel per hari.
Selasa (11/6/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli berada di $77.74 per barel, kenaikan sebesar $2.21 atau 2.93%.Sejak awal tahun, U.S. harga minyak telah melonjak sebesar 8.5%.Selain itu, harga minyak mentah Brent, patokan global untuk kontrak bulan Agustus, naik menjadi $81.63 per barel, naik $2.01.
Lonjakan harga minyak mencerminkan perkiraan peningkatan aktivitas perjalanan dan ekonomi selama musim panas, sehingga meningkatkan permintaan bahan bakar. Kenaikan harga minyak dapat berdampak signifikan terhadap perekonomian global, karena biaya energi yang lebih tinggi dapat menyebabkan inflasi, peningkatan biaya produksi, dan penurunan belanja konsumen. Negara-negara yang sangat bergantung pada impor minyak dapat menghadapi tagihan impor yang lebih tinggi, sehingga memberikan tekanan pada neraca perdagangan dan nilai tukar mata uang asing.
Sisi positifnya, harga minyak yang lebih tinggi dapat menguntungkan negara-negara pengekspor minyak dengan meningkatkan pendapatan dan memperbaiki posisi fiskal mereka. Hal ini dapat membantu negara-negara tersebut berinvestasi pada infrastruktur, program sosial, dan diversifikasi ekonomi. Selain itu, perusahaan energi dan daerah penghasil minyak mungkin mengalami peningkatan keuntungan dan peluang investasi, sehingga berdampak pada penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
Namun, sisi negatifnya, harga minyak yang tinggi dapat merugikan industri padat energi, seperti transportasi, manufaktur, dan pertanian, karena meningkatkan biaya produksinya. Hal ini dapat menyebabkan harga barang dan jasa menjadi lebih tinggi, sehingga mempengaruhi daya beli konsumen dan berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi. Ketika harga minyak terus meningkat, mungkin terdapat kekhawatiran mengenai keberlanjutan pemulihan perekonomian global, terutama jika tekanan inflasi terus berlanjut.
Ke depan, pergerakan harga minyak di masa depan akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk laju pemulihan ekonomi, perkembangan geopolitik, dan kebijakan energi global. Gangguan apa pun pada produksi minyak, perubahan pola permintaan, atau peralihan teknologi energi dapat memengaruhi harga minyak dalam beberapa bulan mendatang.
Lonjakan harga minyak global baru-baru ini yang didorong oleh antisipasi peningkatan permintaan di musim panas menyoroti keterkaitan pasar minyak dengan perekonomian yang lebih luas. Meskipun harga minyak yang lebih tinggi dapat memberikan dampak positif dan negatif pada berbagai pemangku kepentingan, penting bagi para pembuat kebijakan, dunia usaha, dan konsumen untuk memantau tren harga minyak dengan cermat dan beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar. Saat kita melewati masa-masa yang tidak menentu ini, pendekatan yang seimbang dalam mengelola sumber daya energi dan mendorong solusi energi berkelanjutan akan sangat penting bagi perekonomian global yang stabil dan tangguh.