Para ekonom memproyeksikan bahwa tingkat inflasi di Indonesia pada akhir tahun 2024 akan menjadi yang terendah sepanjang masa. Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Mohammad Faisal, inflasi diperkirakan akan berada di kisaran 1,3%-1,5% year on year (YoY). Hal ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi selama masa pandemi pada tahun 2020 dan 2021.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), David Sumual, juga memproyeksikan tingkat inflasi pada akhir 2024 sekitar 1,6% YoY. Bank Dunia mencatat bahwa sejak tahun 1960, kecuali selama masa pandemi Covid-19, tingkat inflasi Indonesia selalu berada di atas 2%.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2020, tingkat inflasi adalah 1,68% (YoY), sedangkan pada akhir tahun 2021, tingkat inflasi mencapai 1,87% YoY. Dengan proyeksi inflasi pada akhir tahun 2024 antara 1,3% hingga 1,6% YoY, kemungkinan besar akan menjadi yang terendah dalam sejarah Republik Indonesia.
Selama tahun ini, terjadi deflasi selama lima bulan berturut-turut, mulai dari Mei hingga September. Hal ini diyakini disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat. Direktur Pengembangan Big Data Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menyoroti penurunan konsumsi rumah tangga sebagai indikasi dari pelemahan daya beli masyarakat.
Dari data yang ada, pertumbuhan konsumsi rumah tangga selalu lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi sejak Kuartal IV/2023. Meskipun pertumbuhan ekonomi terus meningkat, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap stagnan. Hal ini menjadi perhatian karena konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator penting bagi perekonomian.
DenganPara ekonom memprediksi bahwa tingkat inflasi di Indonesia akan mencapai titik terendah sepanjang masa pada akhir tahun 2024. Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Mohammad Faisal, inflasi diperkirakan akan berada di kisaran 1,3%-1,5% year on year (YoY) pada akhir 2024. Hal ini lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi selama pandemi pada tahun 2020 dan 2021.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), David Sumual, memproyeksikan tingkat inflasi pada akhir 2024 sekitar 1,6% YoY. Berdasarkan data Bank Dunia, sejak tahun 1960, tingkat inflasi Indonesia selalu berada di atas 2%, kecuali selama masa pandemi Covid-19. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa inflasi pada akhir 2020 sebesar 1,68% (YoY) dan pada akhir 2021 sebesar 1,87% YoY.
Jika prediksi inflasi pada akhir 2024 benar, yaitu berkisar antara 1,3%-1,6% YoY, kemungkinan besar akan menjadi yang terendah dalam sejarah Republik Indonesia. Selama tahun ini, terjadi deflasi selama lima bulan berturut-turut, yang disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat. Direktur Pengembangan Big Data Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menyoroti penurunan daya beli masyarakat dari data konsumsi rumah tangga.
Sejak Kuartal IV/2023, pertumbuhan konsumsi rumah tangga selalu lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi. Misalnya, pada Kuartal IV/2023, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04% YoY, sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,46% YoY. Pada Kuartal I/2024, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,11% YoY, sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,91% YoY. Pada Kuartal II/2024, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,05% YoY, sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,93% YoY. Terakhir, pada Kuartal III/2024, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,95% YoY, sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,91% YoY.
Dengan demikian, prospek inflasi yang rendah pada akhir 2024 dapat berdampak positif bagi perekonomian Indonesia, meskipun perlu diwaspadai terhadap potensi pelemahan daya beli masyarakat. Semoga prediksi para ekonom dapat membantu pemerintah dan pelaku ekonomi untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi tantangan ekonomi yang ada.