Negara-negara yang tergabung dalam BRICS, baik sebagai anggota penuh maupun mitra, telah berinvestasi sebesar US$9,25 miliar atau setara dengan Rp145,65 triliun ke Indonesia selama Januari hingga September 2024. BRICS sendiri merupakan sebuah blok ekonomi yang terdiri dari negara-negara berkembang seperti Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Iran, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA). Selain itu, terdapat juga beberapa negara mitra BRICS, termasuk Indonesia, Turki, Aljazair, Belarusia, Kuba, Bolivia, Malaysia, Uzbekistan, Kazakhstan, Thailand, Vietnam, Nigeria, dan Uganda.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi BRICS di Rusia pada tanggal 22-24 Oktober 2024, pemerintah Indonesia secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan blok ekonomi tersebut. Banyak yang percaya bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS akan membawa investasi besar dari negara-negara anggotanya ke Indonesia. Fithra Faisal Hastiadi, seorang ekonom dan dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, adalah salah satu yang meyakini hal tersebut. Ia melihat bergabungnya Indonesia dengan berbagai organisasi internasional sebagai langkah penting untuk memenuhi kebutuhan investasi, terutama karena Presiden Prabowo Subianto ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 8%.
Namun, tantangan yang dihadapi Indonesia adalah memperoleh investasi sekitar Rp10.000 triliun di sektor infrastruktur agar pertumbuhan ekonomi 8% dapat tercapai. Meskipun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya dapat mencukupi sekitar Rp500 triliun, diharapkan investasi dari negara-negara BRICS dapat membantu memenuhi kebutuhan tersebut.
Menurut data dari Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), negara-negara BRICS menyumbang sekitar 21,2% dari total investasi asing yang masuk ke Indonesia selama Januari hingga September 2024. Total investasi asing yang masuk ke Indonesia selama periode tersebut mencapai US$43,62 miliar, dengan negara-negara BRICS menyumbang sebesar US$9,25 miliar. China merupakan negara BRICS yang paling banyak menanamkan modal ke Indonesia, diikuti oleh Malaysia, Thailand, Rusia, dan India.
Meskipun demikian, Yusuf Rendy Manilet, seorang ekonom dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, tidak yakin bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS akan secara otomatis meningkatkan investasi dalam negeri. Menurutnya, kecuali China, negara-negara BRICS lainnya tidak banyak berinvestasi di Indonesia. Namun, dia meyakini bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS akan membuka peluang untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dengan negara-negara anggota lainnya. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara BRICS juga tidak kalah menarik dibandingkan dengan blok ekonomi lain yang setara.
Dengan demikian, meskipun investasi dari negara-negara BRICS ke Indonesia belum mencapai potensi penuhnya, keanggotaan Indonesia di blok ekonomi ini diharapkan dapat membawa manfaat yang besar bagi pertumbuhan ekonomi dan kerja sama perdagangan Indonesia dengan negara-negara anggota BRICS lainnya.