2 Tipe Orang yang Menikmati Libur Panjang

2 Tipe Orang yang Menikmati Libur Panjang

Psikolog Klinis Dewasa dari TigaGenerasi Psychology Center, Gabriela Agire Pradiptacatya, mengungkapkan bahwa ada dua tipe perilaku masyarakat dalam menyikapi musim libur panjang, seperti liburan pada akhir Januari 2025 ini. Pertama, ada orang yang tetap memilih untuk bepergian meskipun mengetahui risiko kemacetan. Kedua, ada yang memilih untuk tidak bepergian demi menghindari kepadatan lalu lintas.

Menurut Gabriela, perbedaan ini dipengaruhi oleh karakteristik individu dalam menyikapi liburan panjang. Ada yang merasa lebih positif setelah liburan meskipun harus menghadapi kemacetan, karena mereka menikmati prosesnya. Namun, ada juga yang merasa lebih baik dengan berdiam di rumah, karena ketenangan membuat mereka lebih berenergi.

Faktor kebutuhan dan gaya hidup juga turut memengaruhi keputusan seseorang dalam menghabiskan liburan. Tingkat kepuasan setiap orang dalam menikmati liburan juga bervariasi. Ada yang merasa hidupnya lebih bermakna setelah mencapai tujuan liburan karena itu menjadi goals dalam hidupnya. Sebaliknya, ada yang sudah merasa puas hanya dengan bersantai di rumah.

Bagi orang-orang yang tetap memilih untuk bepergian, risiko kemacetan menjadi salah satu hal yang mereka hadapi, terutama saat periode libur panjang. Terkadang kita bertanya-tanya, mengapa masih banyak orang yang tetap memilih untuk pergi liburan meski sudah tahu daerah yang dilewatinya akan macet.

Menurut Gabriela, ada beberapa alasan mengapa orang masih memilih untuk bepergian meskipun harus menghadapi kemacetan. Pertama, tradisi atau kebiasaan, dimana beberapa destinasi wisata dipandang sebagai destinasi klasik yang selalu menarik untuk dikunjungi meski konsekuensinya adalah terjebak macet. Apalagi jika sepanjang hidup sering bepergian ke sana bersama keluarga.

Kedua, FOMO (fear of missing out), dimana melihat banyak orang pergi ke tempat-tempat favorit tersebut menimbulkan keinginan untuk juga pergi ke sana. Ketiga, hadiah bagi diri sendiri, dimana orang rela bermacet-macetan untuk sekadar berlibur sebagai bentuk penghargaan kepada diri sendiri. Orang-orang yang memiliki motif ini biasanya sudah mendeteksi peristiwa yang akan terjadi dan sudah mempersiapkannya, termasuk kemacetan.

Keempat, ingin keluar dari aktivitas, dimana sebagian orang merasakan ingin keluar rumah untuk melepas penat dari aktivitas harian yang membuat mereka stres dan jenuh. Meski pada akhirnya terjebak macet, aktivitas ini merupakan momen untuk kabur sejenak dari rutinitas yang melelahkan bagi mereka. Kelima, jaraknya dekat, dimana beberapa daerah seperti Puncak dan Lembang kembali menjadi destinasi wisata favorit karena faktor jarak tempuh, sehingga dianggap hemat biaya.

Dengan demikian, penting untuk memahami bahwa setiap orang memiliki alasan dan preferensi sendiri dalam menyikapi musim libur panjang. Hal ini juga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan dan makna liburan bagi masing-masing individu. Jadi, apapun pilihan yang diambil, yang terpenting adalah menikmati momen liburan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing.