Dengan investasi sebesar Rp 110.000, akun Instagram Anda bisa mendapatkan label centang biru yang eksklusif. Simbol ini dulunya hanya dimiliki oleh para publik figur terkenal, namun kini semua orang memiliki kesempatan untuk mendapatkannya. Centang biru berfungsi sebagai tanda verifikasi bahwa akun tersebut asli dan dimiliki oleh orang yang bersangkutan. Hal ini membantu dalam mencegah penyebaran informasi palsu yang sering kali terjadi di media sosial.
Setelah mengajukan permohonan, proses verifikasi oleh pihak Instagram bisa memakan waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Namun, dengan langganan Meta Verified seharga Rp 110.000 per bulan, Anda bisa memiliki centang biru tanpa harus menunggu lama. Prosesnya juga lebih mudah dan cepat, hanya dalam waktu maksimal 48 jam setelah pemesanan.
Komersialisasi centang biru telah menjadi bisnis yang menguntungkan. Dengan jumlah pengguna Instagram di Indonesia mencapai 100,9 juta, potensi pendapatan dari langganan centang biru sangat besar. Selain Instagram, platform lain seperti X juga menawarkan centang biru dengan harga berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 156.000.
Meskipun fenomena pembelian centang biru ini memiliki konsekuensi tersendiri, banyak orang rela mengeluarkan uang demi mendapatkan simbol prestise ini. Alasan-alasan seperti prestise, tekanan performa, pertumbuhan follower, dan ketergantungan pada pengakuan sosial menjadi faktor yang mendorong seseorang untuk membeli centang biru.
Namun, perlu diingat bahwa pengakuan sosial di media sosial tidak selalu mencerminkan realitas. Pemikiran Jean Baudrillard tentang hiperrealitas menggambarkan bahwa kita hidup dalam dunia di mana citra lebih dominan daripada fakta. Hal ini dapat menyebabkan alienasi sosial dan menjauhkan kita dari realitas yang sebenarnya.
Dalam situasi seperti ini, penting untuk mempertanyakan nilai dari produk manipulasi seperti centang biru. Apakah benar-benar penting untuk mengeluarkan uang demi mendapatkan pengakuan semu di dunia maya? Meskipun demikian, minat terhadap centang biru terus meningkat, menunjukkan bahwa masyarakat semakin terpaku pada simbolisme dan representasi daripada pada hubungan sosial yang sebenarnya.