Ketika Anda menikmati waktu luang dengan menjelajahi Instagram saat makan malam, mungkin Anda tidak hanya bosan. Ketika Anda sering meng-tweet setiap ide yang muncul di benak Anda, itu bisa jadi lebih dari sekadar berbagi. Tindakan ini tidak selalu dianggap sia-sia atau membuang-buang waktu seperti yang banyak orang pikirkan. Sebenarnya, perilaku ini dapat memberikan gambaran yang cukup jelas tentang kepribadian seseorang.
Menurut Idea Pod, ada beberapa ciri kepribadian orang yang menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial. Pertama, mereka memiliki dorongan kuat untuk terus terhubung dengan orang lain. Media sosial pada dasarnya adalah sarana untuk berinteraksi dan terhubung dengan teman, keluarga, bahkan orang asing di seluruh dunia. Namun, terlalu banyak keterlibatan di platform ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang sangat ingin merasa terhubung. Mereka selalu memeriksa feed mereka, obsesif dengan like dan komentar, serta rajin mengunggah konten agar dilihat oleh banyak orang. Bagi mereka, media sosial bukan hanya tentang berbagi, tetapi juga tentang mendapatkan validasi. Setiap like, komentar, atau share adalah bentuk persetujuan digital yang memberi validasi atas pikiran, perasaan, atau sekadar keberadaan seseorang.
Kedua, orang yang sering menghabiskan waktu di media sosial cenderung suka menunda-nunda. Mereka pandai mencari alasan untuk menghindari tanggung jawab, dan media sosial menyediakan platform yang sempurna untuk melakukannya. Mudah sekali terlena dengan konten digital sehingga waktu pun terasa berlalu begitu cepat. Jika Anda merasa sulit untuk melepaskan diri dari feed media sosial, itu bisa menjadi pertanda bahwa Anda cenderung suka menunda pekerjaan.
Ketiga, rasa takut ketinggalan atau Fear of Missing Out (FOMO) adalah hal yang sering dialami oleh orang yang terlalu banyak terpaku pada media sosial. Meskipun media sosial memberikan informasi tentang berbagai kejadian, tren, dan acara terkini, tapi juga dapat menimbulkan rasa FOMO. Mereka khawatir akan melewatkan informasi penting, tren viral, atau acara menarik yang sedang terjadi di lingkungan sosial mereka. Para psikolog juga menemukan hubungan langsung antara penggunaan media sosial yang tinggi dengan meningkatnya rasa FOMO. Semakin banyak waktu dihabiskan untuk menggulir feed, semakin besar rasa takut untuk ketinggalan.
Keempat, orang yang terlalu banyak terlibat di media sosial sering kali memiliki keinginan terus-menerus untuk hal-hal baru. Media sosial adalah sumber konten yang terus-menerus berkembang, selalu ada sesuatu yang baru untuk dilihat, postingan baru untuk ditanggapi, dan tren baru untuk diikuti. Mereka menikmati sensasi menemukan informasi baru, mengeksplorasi hal-hal yang unik, dan merasakan aliran dopamin yang menyertainya.
Kelima, orang yang menghabiskan banyak waktu di media sosial juga sering memiliki kebutuhan untuk kesendirian. Mereka menikmati menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar, tetapi juga menikmati saat-saat tenang saat mereka bisa menghabiskan waktu sendirian di depan layar.
Keenam, pengguna media sosial yang banyak menghabiskan waktu seringkali sedang mencari identitas diri. Mereka menggunakan platform ini untuk mengekspresikan pikiran, mengeksplorasi minat, dan mencari keselarasan dengan komunitas yang sejalan dengan keyakinan mereka. Media sosial menjadi cermin bagi mereka, mencerminkan siapa mereka sebenarnya atau siapa yang mereka ingin jadi. Mereka menggunakan media sosial sebagai sarana untuk bereksperimen dengan identitas, menguji pandangan mereka, dan memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik.
Terakhir, inti dari semuanya adalah rasa validasi. Media sosial memberikan platform untuk mendapatkan validasi dari orang lain. Setiap like, komentar, dan share menjadi bentuk penegasan atas eksistensi seseorang. Orang-orang yang terlalu banyak terlibat di media sosial sering mencari rasa validasi melalui konten yang mereka bagikan, pemikiran yang mereka ungkapkan, dan interaksi yang mereka lakukan.
Dengan demikian, menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial bisa memberikan gambaran yang cukup jelas tentang kepribadian seseorang. Meskipun ada banyak manfaat yang bisa didapat dari media sosial, tetapi penting untuk tetap seimbang dalam penggunaannya agar tidak terlalu terpaku pada platform tersebut.